Saat menulis ini, saya jadi mengingat Film Tjokroaminoto yang pernah tayang di Tahun 2015. Disaat sebenarnya krisis keuangan menerpa, justru mengiyakan ajakan teman satu kontrakan untuk menonton Film ini. Alhasil, Mie Instan menjadi penyemangat di hari-hari penuh krisis selama sebulan.
Adalah pilihan yang tepat ketika menontonnya, termasuk hikmah luar biasa didalamnya. Kata "Hijrah" menjadi penuh makna, berarti luas dari sekadar berpindah namun juga bermakna kebaikan dan penebaran kebermanfaatan yang lebih luas.
Cukup sampai disitu yang saya jelaskan, karena lebih jauh justru akan berakhir seperti Spoiler jalannya cerita. Dan saya rekomendasikan untuk menonton Film ini sebagai obat penawar siapa tau ada yang penasaran.
Kembali tentang apa yang saya alami di awal tahun 2020, mungkin ini adalah hal yang sama ditetapkan kepada saya. Hijrahnya saya ke tempat yang sama sekali belum pernah saya kunjungi, dan ini mungkin sudah menjadi ketetapan atas diri untuk mampu berbuat lebih.
Hijrah itu Dimulai
Pamit, kata pertama yang terlintas sebelum memulai perjalanan. Dimulai dari rekan-rekan yang dipertemukan karena tuntutan pekerjaan masa Peukan Kebudayaan Aceh (PKA 7) tahun 2018. Transisi pasca kampus kepada dunia kerja, sembari menunggu pengumuman penerimaan, maka saya memilih jalan ini, menjadi Koordinator dalam Acara.
Terima kasih Geng Mutsu Ketje, atas sambutan dan kesempatan untuk bertemunya, sampai jumpa dilain waktu. Dan ingatlah ketika kita menyiapkan acara yang begitu besar dengan keterbatasan orang, namun bisa menghasilkan karya yang luar biasa. Makasih juga sudah mau berinisiatif bersama mengangkat barang-barang berat dari lantai dasar ke lantai tertinggi.
9 Januari 2020
Mari melangkah ke tempat tujuan, sebenarnya ada 2 opsi perjalanan, 1 menggunakan kapal yang memakan waktu seharian, atau memilih pesawat yang justru memakan biaya setara menuju ibukota. Namun pilihan akhirnya jatuh untuk menggunakan jasa angkutan udara, karena mempertimbangkan juga orang tua yang ikut serta
Terima kasih Geng Mutsu Ketje, atas sambutan dan kesempatan untuk bertemunya, sampai jumpa dilain waktu. Dan ingatlah ketika kita menyiapkan acara yang begitu besar dengan keterbatasan orang, namun bisa menghasilkan karya yang luar biasa. Makasih juga sudah mau berinisiatif bersama mengangkat barang-barang berat dari lantai dasar ke lantai tertinggi.
Kemudian kepada Aceh Trainer Team, komunitas berlandaskan kekeluargaan. Terima kasih atas waktunya, raidnya, dan juga segalanya. Padahal awalnya melepas orang lain yang pindah, tapi tidak kepikiran bahwa saya adalah salah satunya yang harus angkat kaki duluan
Tetap kompak ya, semangat! dan jaga ATT bersama layaknya keluarga, jangan biarkan padam apalagi mati ditelan masa, semoga menjadi ATT yang Abadi sampai ke Surga.9 Januari 2020
Mari melangkah ke tempat tujuan, sebenarnya ada 2 opsi perjalanan, 1 menggunakan kapal yang memakan waktu seharian, atau memilih pesawat yang justru memakan biaya setara menuju ibukota. Namun pilihan akhirnya jatuh untuk menggunakan jasa angkutan udara, karena mempertimbangkan juga orang tua yang ikut serta
Insiden pun terjadi saat pesawat coba menuju pulau Simeulue, sempat berputar-putar selama hampir 1 jam di atas tempat pendaratan. Akhirnya memilih untuk kembali ke Medan dikarenakan cuaca yang tak kunjung membaik.
Jadi bisa dikatakan bahwa perjalanan ini mengalami kebuntuan, dan mengundang rasa frustasi dalam diri. Sempat terpikir untuk melangkah balik meninggalkan tanggungjawab, karenapun yang rugi instansi, saat ada pegawainya yang kabur. Niat jahat yang tak kunjung tercapai, dan justru kalah dengan pemikiran untuk mengubahnya menjadi motivasi diri.
10 Januari 2020
Setelah sempat menginap seharian di Bandara, akhirnya perjalanan kembali dimulai. Syukur pesawat dapat mendarat dan kejadian kemarin tidak terulang kembali. Mendarat dengan mulus, lancar, tanpa ada kendala maupun hal menakutkan lainnya.
Bandara Lasikin, menjadi tempat pertama saya menapakan kaki. Bandara mungil yang masih akan mengalami perubahan dan pelebaran sembari membersamai waktu. Udaranya masih asri, dan langitnya cukup cerah untuk menyambut anak baru yang datang dari jauh. Anak baru yang kini menjadi putra daerah ini.
Entah sampai kapan disini, semoga tak lama, dan tak terasa
Pulau Simeulue
Ditulis saat matahari lebih cepat terbenam dibandingkan ujung barat pulau sumatera.
Bandara Lasikin, menjadi tempat pertama saya menapakan kaki. Bandara mungil yang masih akan mengalami perubahan dan pelebaran sembari membersamai waktu. Udaranya masih asri, dan langitnya cukup cerah untuk menyambut anak baru yang datang dari jauh. Anak baru yang kini menjadi putra daerah ini.
Entah sampai kapan disini, semoga tak lama, dan tak terasa
Pulau Simeulue
Ditulis saat matahari lebih cepat terbenam dibandingkan ujung barat pulau sumatera.
Posting Komentar