"Kalau mengenal saya yang dulu, terkotak dalam satu ruang nyaman tanpa memperdulikan yang lain" katanya, seseorang yang saya baru kenal di taman lingkar UI. Pernyataan yang sama, jelas sama, seperti diri saya, yang ketika nyaman pada sekatan kamar tanpa interaksi, apalagi bertegur sapa dengan orang lain.
Menjelang hari-hari akhir saya di depok, saya coba mengenal banyak orang baru. Membuka batasan yang terkadang malu untuk sekedar menyapa dengan menanyakan nama atau menyodorkan tangan berharap disambut sembari berkenalan.
Namanya Yeri, orangnya ramah, dan ternyata dia juga suka main Pokomen Go (dulu), yang sedari tadi sebenarnya saya mainkan seharian di Tamling UI. Kedatangannya membuat saya tak hanya fokus kepada pokemon yang sedang saya tangkap, namun juga ada tentang percakapan yang harus saya dengar serta sahuti, atau mungkin bertanya balik.
Dia kakak mentor agama Kristen Protestan, mengabdikan dirinya untuk mengajari dan memberikan masukan terkait rohani kepada adik-adik UI yang beragama sama. Lantas kedatangannya ke sini sebenarnya mau melakukan sesi mentoring, dan dia masih menunggu hingga akhirnya kami larut dalam percakapan.
Keluarganya ada yang Islam, bercampur, saya pun begitu, masih ada yang beragama kristen katolik maupun protestan. Panjang lebar ceritanya banyak berkaitan dengan pokemon, toleransi, tanpa menjatuhkan agama manapun.
Pada idul fitri, keluarganya datang untuk merayakan ke tempat yang muslim, begitupun sebaliknya. Atau tentang pokemon dari berbagai generasi yang dia hafal, setidaknya menambah perbendaraan tentang pokemon jenis apa yang benar-benar harus saya pertahankan untuk evolusi generasi selanjutnya.
Percapakan kami terputus saat mendengar adzan ashar, saya harus ke mesjid, dan dia pun mempersilahkan tanpa menghambat. Sejak saat itu, saya semakin yakin bahwa toleransi dan persatuan serta kesatuan antar umat beragama itu memang ada.
Lain halnya dengan hari esok, untuk pertama kalinya saya memberanikan diri menegur seseorang yang sering saya lihat di tamling UI. Kebiasaannya sama, dia juga suka main pokemon. Hasil dari SKSD, akhirnya saya diajak bergabung dengan Depok Raid Team yang merupakan Trainer di Depok.
Saya menemukan banyak teman baru di sini, setidaknya yang dapat dipelajari bahwa saya tidak lagi sendiri, ada teman yang bisa diajak bersama untuk bermain, berjalan jauh, hingga menyerang Gym maupun Raid.
Dari berbagai kelompok umur, bahkan banyak yang sudah sangat keren Level maupun pokemon yang dimiliki. Dan mereka tidak sungkan untuk menjelaskan kepada orang baru seperti saya yang bisa dikategorikan sebagai pemula. Setidaknya hari-hari saya di sini tak lagi menjadi catatan kesendirian.
Terakhir, tentunya ini termasuk salah satu orang keren yang saya temui.
Berawal dari kebingungan harus ngapain di terminal keberangkatan, karena waktu penerbangan masih sekitar 4 jam lagi. Tiba-tiba disamperin oleh seseorang, dia bilang titip koper sebentar soalnya mau ke ATM.
Setelah dia balik, saya pun melakukan hal yang sama, yaitu nitip koper ke dia karena saya mau ke toilet. Sejujurnya saya menahan buang air kecil dari pagi, karena bingung mau nitip koper yang cukup banyak ke siapa. Hingga akhir dari semua itu, kembali terjadi sebuah percakapan
"Saya dulu begitu, berasal dari keluarga yang tidak kaya, saya kerja apa aja, hingga jadi seperti sekarang" kutipan percakapan dari Pak Elfajah.
Beliau merupakan pengusaha kelapa sawit, dan saat ini sedang menuju sumatera untuk memantau perkembangan di sana. Sebelumnya dia terbang dari Papua, juga memantau kegiatan di sana.
Dia bilang, ini tidak instan, hasil dari perjuangan keras, bahkan rela datang lebih pagi untuk pulang lebih malam.
Dan pesannya yang selalu saya ingat adalah perihal untuk tidak korupsi, kerja apapun selama halal, berpikir dengan cara mahasiswa, dan juga gapai mimpi termasuk bersiap dengan konsekuensinya. Pesan terakhir muncul karena sebelum berpisah, saya sampaikan kalau keinginan untuk menjadi pemimpin daerah.
"Siap untuk difitnah, di penjara mungkin, bahkan menerima keadaan orang sekitar yang berbalik menyerang" Ungkapnya, seperti jujur akan pengalaman yang dirasa.
Pada akhir percapakan, kami sempat bertukar nomor WA untuk tetap menjaga silaturahmi.
Pertemuan dengan mereka merupakan hal yang sangat luar biasa, dan berbagai hal yang disampaikan menjadi masukan positif untuk ke depan. Dan untuk perjalanan ini, semakin yakin bahwa apa yang saya pilih adalah benar, dan kebenaran pula tentang kamu tidak sendirian.
Kuncinya cuma memulai percakapan, atau turut larut dalam percakapan lainnya. Setelahnya biarkan saja mengalir seperti kamu berbagi cerita kepada orang yang sangat kamu dambakan. Awalnya memang sulit untuk memulai, namun ketika sudah terjadi, maka terasa enggan untuk mengakhiri.
Namanya Yeri, orangnya ramah, dan ternyata dia juga suka main Pokomen Go (dulu), yang sedari tadi sebenarnya saya mainkan seharian di Tamling UI. Kedatangannya membuat saya tak hanya fokus kepada pokemon yang sedang saya tangkap, namun juga ada tentang percakapan yang harus saya dengar serta sahuti, atau mungkin bertanya balik.
Dia kakak mentor agama Kristen Protestan, mengabdikan dirinya untuk mengajari dan memberikan masukan terkait rohani kepada adik-adik UI yang beragama sama. Lantas kedatangannya ke sini sebenarnya mau melakukan sesi mentoring, dan dia masih menunggu hingga akhirnya kami larut dalam percakapan.
Keluarganya ada yang Islam, bercampur, saya pun begitu, masih ada yang beragama kristen katolik maupun protestan. Panjang lebar ceritanya banyak berkaitan dengan pokemon, toleransi, tanpa menjatuhkan agama manapun.
Pada idul fitri, keluarganya datang untuk merayakan ke tempat yang muslim, begitupun sebaliknya. Atau tentang pokemon dari berbagai generasi yang dia hafal, setidaknya menambah perbendaraan tentang pokemon jenis apa yang benar-benar harus saya pertahankan untuk evolusi generasi selanjutnya.
Percapakan kami terputus saat mendengar adzan ashar, saya harus ke mesjid, dan dia pun mempersilahkan tanpa menghambat. Sejak saat itu, saya semakin yakin bahwa toleransi dan persatuan serta kesatuan antar umat beragama itu memang ada.
Lain halnya dengan hari esok, untuk pertama kalinya saya memberanikan diri menegur seseorang yang sering saya lihat di tamling UI. Kebiasaannya sama, dia juga suka main pokemon. Hasil dari SKSD, akhirnya saya diajak bergabung dengan Depok Raid Team yang merupakan Trainer di Depok.
Saya menemukan banyak teman baru di sini, setidaknya yang dapat dipelajari bahwa saya tidak lagi sendiri, ada teman yang bisa diajak bersama untuk bermain, berjalan jauh, hingga menyerang Gym maupun Raid.
Dari berbagai kelompok umur, bahkan banyak yang sudah sangat keren Level maupun pokemon yang dimiliki. Dan mereka tidak sungkan untuk menjelaskan kepada orang baru seperti saya yang bisa dikategorikan sebagai pemula. Setidaknya hari-hari saya di sini tak lagi menjadi catatan kesendirian.
Terakhir, tentunya ini termasuk salah satu orang keren yang saya temui.
Berawal dari kebingungan harus ngapain di terminal keberangkatan, karena waktu penerbangan masih sekitar 4 jam lagi. Tiba-tiba disamperin oleh seseorang, dia bilang titip koper sebentar soalnya mau ke ATM.
Setelah dia balik, saya pun melakukan hal yang sama, yaitu nitip koper ke dia karena saya mau ke toilet. Sejujurnya saya menahan buang air kecil dari pagi, karena bingung mau nitip koper yang cukup banyak ke siapa. Hingga akhir dari semua itu, kembali terjadi sebuah percakapan
"Saya dulu begitu, berasal dari keluarga yang tidak kaya, saya kerja apa aja, hingga jadi seperti sekarang" kutipan percakapan dari Pak Elfajah.
Beliau merupakan pengusaha kelapa sawit, dan saat ini sedang menuju sumatera untuk memantau perkembangan di sana. Sebelumnya dia terbang dari Papua, juga memantau kegiatan di sana.
Dia bilang, ini tidak instan, hasil dari perjuangan keras, bahkan rela datang lebih pagi untuk pulang lebih malam.
Dan pesannya yang selalu saya ingat adalah perihal untuk tidak korupsi, kerja apapun selama halal, berpikir dengan cara mahasiswa, dan juga gapai mimpi termasuk bersiap dengan konsekuensinya. Pesan terakhir muncul karena sebelum berpisah, saya sampaikan kalau keinginan untuk menjadi pemimpin daerah.
"Siap untuk difitnah, di penjara mungkin, bahkan menerima keadaan orang sekitar yang berbalik menyerang" Ungkapnya, seperti jujur akan pengalaman yang dirasa.
Pada akhir percapakan, kami sempat bertukar nomor WA untuk tetap menjaga silaturahmi.
Pertemuan dengan mereka merupakan hal yang sangat luar biasa, dan berbagai hal yang disampaikan menjadi masukan positif untuk ke depan. Dan untuk perjalanan ini, semakin yakin bahwa apa yang saya pilih adalah benar, dan kebenaran pula tentang kamu tidak sendirian.
Kuncinya cuma memulai percakapan, atau turut larut dalam percakapan lainnya. Setelahnya biarkan saja mengalir seperti kamu berbagi cerita kepada orang yang sangat kamu dambakan. Awalnya memang sulit untuk memulai, namun ketika sudah terjadi, maka terasa enggan untuk mengakhiri.
Posting Komentar